kriminol.comLee Choon-Jae adalah salah satu pembunuh berantai paling terkenal dalam sejarah Korea Selatan. Dia terkenal karena serangkaian pembunuhan brutal yang terjadi di daerah Hwaseong pada akhir 1980-an hingga awal 1990-an, yang dikenal sebagai “Pembunuhan Berantai Hwaseong.” Kejahatannya mengguncang Korea Selatan selama beberapa dekade dan menjadi salah satu kasus kriminal paling terkenal dalam sejarah negara tersebut. Baru bertahun-tahun kemudian, identitasnya akhirnya terungkap berkat kemajuan teknologi forensik.

Baca Juga: Gabriel Jesus: Perjalanan Seorang Penyerang Muda yang Menginspirasi

Latar Belakang Lee Choon-Jae

Lee Choon-Jae lahir pada tanggal 31 Januari 1963. Sebelum kejahatannya terungkap, ia menjalani kehidupan yang tampak biasa saja. Ia menikah, memiliki pekerjaan tetap, dan tinggal di Gyeonggi-do, Korea Selatan. Meskipun tampak sebagai warga negara yang biasa, di balik kehidupan normal ini, Lee menyembunyikan sisi gelapnya yang mengerikan.

Lee dikenal sebagai individu yang pendiam, tetapi dalam dirinya terdapat dorongan untuk melakukan kejahatan yang tidak terbayangkan. Pada akhirnya, perilaku ini berujung pada rangkaian pembunuhan berantai yang berlangsung selama beberapa tahun.

Baca Juga: Memahami Faktor yang Mempengaruhi Berat Badan

Pembunuhan Berantai Hwaseong

Kasus pembunuhan berantai Hwaseong terjadi antara tahun 1986 hingga 1991, di mana sepuluh wanita berusia antara 13 hingga 71 tahun menjadi korban. Para korban ditemukan dalam keadaan diperkosa, disiksa, dan dibunuh dengan kejam. Lokasi pembunuhan berada di wilayah pedesaan Hwaseong, yang pada saat itu merupakan daerah yang sepi dan terpencil, sehingga memudahkan pelaku untuk melarikan diri tanpa terdeteksi.

Modus Operandi

Dalam hampir semua kasus pembunuhan, Lee menggunakan metode yang serupa. Dia akan menyerang wanita-wanita yang sedang berjalan sendirian di malam hari. Setelah memperkosa dan membunuh korban, dia meninggalkan tubuh mereka dalam keadaan yang mengenaskan, sering kali di ladang atau lokasi terpencil lainnya. Lee menggunakan berbagai benda untuk mengikat dan membunuh korbannya, termasuk pakaian dalam para korban itu sendiri.

Kepanikan dan Ketakutan Publik

Kejahatan brutal yang dilakukan oleh Lee menimbulkan kepanikan besar di Hwaseong dan sekitarnya. Pada masa itu, kejahatan semacam ini sangat jarang terjadi di Korea Selatan, dan dengan polisi yang gagal menangkap pelaku, warga hidup dalam ketakutan selama bertahun-tahun. Pemerintah Korea Selatan mengerahkan ribuan petugas polisi untuk menyelidiki kasus ini, menjadikannya salah satu penyelidikan terbesar dalam sejarah negara tersebut. Meskipun begitu, pihak berwenang tidak berhasil menemukan pelaku, dan kasus tersebut menjadi dingin selama bertahun-tahun.

Baca Juga: Teknologi Bluetooth: Sejarah, Perkembangan, dan Aplikasinya dalam Kehidupan Sehari-hari

Penyelidikan yang Gagal

Meskipun polisi telah menanyai lebih dari 21.000 orang dan mengambil sampel sidik jari serta bukti DNA dari ribuan lokasi, penyelidikan tidak menghasilkan hasil yang konkret. Pada awalnya, beberapa orang dicurigai, dan bahkan ada yang ditangkap dan diinterogasi, tetapi tidak ada satupun yang berhasil mengaitkan mereka dengan pembunuhan.

Salah satu orang yang salah dituduh adalah Yoon Sang-yeo, seorang pria cacat yang dipaksa untuk mengaku atas pembunuhan salah satu korban, meskipun dia sebenarnya tidak bersalah. Dia dijatuhi hukuman seumur hidup dan menghabiskan lebih dari 20 tahun di penjara sebelum akhirnya dibebaskan setelah terbukti bahwa dia tidak bersalah.

Kurangnya teknologi forensik yang canggih pada saat itu juga memperparah penyelidikan. Bukti-bukti yang dikumpulkan dari tempat kejadian perkara tidak dapat diproses secara efektif, dan identifikasi DNA belum menjadi teknik yang dapat diandalkan seperti sekarang.

Baca Juga: Elden Ring: Revolusi dalam Dunia Game RPG dan Pengaruhnya

Terungkapnya Identitas Lee Choon-Jae

Identitas Lee Choon-Jae akhirnya terungkap hampir tiga dekade setelah pembunuhan berantai Hwaseong berakhir, berkat kemajuan dalam teknologi DNA. Pada tahun 2019, pihak berwenang Korea Selatan memutuskan untuk membuka kembali kasus ini dan memeriksa bukti yang telah terkumpul. Sampel DNA yang diambil dari tempat kejadian perkara dicocokkan dengan data DNA dari penjara, dan hasilnya menunjukkan kecocokan dengan Lee Choon-Jae, yang pada saat itu sedang menjalani hukuman seumur hidup di penjara atas pembunuhan lain.

Lee telah dihukum pada tahun 1994 atas pembunuhan terhadap ipar perempuannya, yang juga diperkosa dan dibunuh dengan cara yang mirip dengan pembunuhan berantai Hwaseong. Setelah penangkapannya dalam kasus tersebut, Lee dipenjara seumur hidup, tetapi tidak ada yang mengaitkannya dengan kasus Hwaseong hingga bukti DNA membuktikan sebaliknya.

Setelah bukti DNA mengaitkan Lee dengan pembunuhan Hwaseong, ia diinterogasi oleh polisi. Pada awalnya, Lee membantah terlibat dalam pembunuhan-pembunuhan tersebut, tetapi akhirnya ia mengaku bertanggung jawab atas 14 pembunuhan, termasuk 10 pembunuhan Hwaseong dan beberapa pembunuhan lainnya yang tidak terkait.

Dampak Kasus Lee Choon-Jae terhadap Masyarakat Korea Selatan

Kasus Lee Choon-Jae dan pembunuhan berantai Hwaseong meninggalkan dampak yang mendalam terhadap masyarakat Korea Selatan. Selain menciptakan ketakutan yang meluas selama beberapa tahun, kegagalan polisi untuk menangkap pelaku juga memunculkan kritik keras terhadap sistem penegakan hukum di negara tersebut.

Banyak yang mempertanyakan kompetensi dan metode penyelidikan yang digunakan oleh polisi pada saat itu. Kesalahan dalam menangani bukti, serta kurangnya teknologi forensik yang memadai, dianggap sebagai faktor utama mengapa kasus ini tidak terpecahkan selama bertahun-tahun. Pengakuan palsu yang diperoleh dari Yoon Sang-yeo juga menyoroti kelemahan dalam sistem peradilan pidana Korea Selatan pada masa itu.

Budaya Populer dan Peringatan

Kasus pembunuhan berantai Hwaseong telah diangkat ke dalam berbagai karya budaya populer di Korea Selatan. Salah satu yang paling terkenal adalah film “Memories of Murder” (2003) karya Bong Joon-ho, yang menceritakan penyelidikan pembunuhan berantai Hwaseong. Meskipun pada saat film itu dirilis, identitas pembunuh belum terungkap, film tersebut tetap menjadi ikon dalam menggambarkan ketakutan dan ketidakberdayaan masyarakat saat itu.

Setelah pengungkapan identitas Lee, kasus ini kembali menjadi pusat perhatian publik dan media, mengingatkan masyarakat akan peristiwa-peristiwa kelam yang pernah mengguncang negara tersebut. Selain itu, kasus ini juga menjadi peringatan bagi pihak berwenang untuk terus memperbaiki sistem penegakan hukum dan memperkenalkan teknologi yang lebih canggih dalam memerangi kejahatan.

Kesimpulan

Lee Choon-Jae merupakan salah satu pembunuh berantai paling terkenal dan kejam dalam sejarah Korea Selatan. Meskipun ia akhirnya tertangkap dan bertanggung jawab atas kejahatannya, butuh waktu hampir 30 tahun untuk mengungkap identitasnya. Kasus ini tidak hanya mengguncang masyarakat Korea Selatan pada zamannya, tetapi juga meninggalkan pelajaran penting bagi penegakan hukum tentang pentingnya teknologi forensik dalam menyelesaikan kasus-kasus kriminal yang kompleks.

Pengakuan Lee dan pengungkapan kebenaran memberikan sedikit penutupan bagi keluarga korban yang telah menunggu keadilan selama bertahun-tahun. Meskipun demikian, luka yang ditinggalkan oleh pembunuhan-pembunuhan brutal ini akan tetap menjadi bagian dari sejarah kelam Korea Selatan.