x
Close
Biografi Kriminal Cerita Kriminal

Mary Bell : Kisah Pembunuh Berantai Sejak Umur 10 Tahun di Inggris

Mary Bell : Kisah Pembunuh Berantai Sejak Umur 10 Tahun di Inggris
  • PublishedJuni 26, 2024

Mary Bell Gadis Kecil Pembunuh Anak-anak

KRIMINOLKasus Mary Bell adalah salah satu kasus paling mengerikan dan membingungkan dalam sejarah kriminal, yang melibatkan seorang gadis muda yang menjadi pembunuh pada usia 11 tahun. Kisah Mary Bell adalah eksplorasi yang menghantui tentang kepolosan masa kanak-kanak yang dirusak oleh kekerasan, pengabaian masyarakat, dan psikologis. trauma. Esai ini membahas latar belakang Mary Bell, pembunuhan yang dilakukannya, persidangan dan pemenjaraannya, serta dampak jangka panjang dari kasusnya.

Masa Muda Mary

Mary Flora Bell lahir pada tanggal 26 Mei 1957, di Newcastle upon Tyne, Inggris. Pendidikannya ditandai dengan pengabaian dan pelecehan. Ibu Mary, Betty, adalah seorang pelacur yang dilaporkan berusaha membunuh Mary beberapa kali selama dia masih bayi. Ayah Mary sebagian besar tidak hadir, dan dia menjadi sasaran kekerasan fisik dan emosional yang ekstrem dari ibunya.

mary bell

Lingkungan yang kacau dan penuh kekerasan di mana Mary dibesarkan berdampak besar pada perkembangan psikologisnya. Pada saat ia mencapai usia sekolah, Mary menunjukkan perilaku yang meresahkan, termasuk agresi terhadap anak-anak dan hewan lain. Kehidupan awalnya adalah pertanda tindakan kekerasan yang kemudian dia lakukan.

Pembunuhan

Pada tanggal 25 Mei 1968, sehari sebelum ulang tahun Mary Bell yang ke 11, dia melakukan pembunuhan pertamanya. Martin Brown, seorang anak laki-laki berusia empat tahun, ditemukan tewas di sebuah rumah kosong. Awalnya, kematiannya diyakini tidak disengaja, karena tidak ada tanda-tanda kekerasan yang terlihat jelas. Namun, Mary kemudian mengaku telah mencekiknya.

Beberapa minggu kemudian, pada tanggal 31 Juli 1968, Mary dan temannya Norma Bell (tidak ada hubungan keluarga) memikat Brian Howe yang berusia tiga tahun ke daerah terpencil. Di sana, Mary mencekiknya dan memutilasi tubuhnya dengan gunting, mengukir huruf “M” di perutnya. Berbeda dengan pembunuhan pertama, kematian Brian jelas merupakan akibat dari tindakan curang, sehingga meningkatkan kecurigaan dan penyelidikan.

Investigasi dan Penangkapan

Investigasi polisi atas pembunuhan tersebut rumit karena usia tersangka yang masih muda. Awalnya, gagasan bahwa anak-anak dapat melakukan kejahatan keji seperti itu ditanggapi dengan skeptis. Namun, bukti mulai mengarah ke Mary dan Norma, terutama setelah Mary menunjukkan perilaku yang tidak biasa, seperti mencoba merusak sekolah taman kanak-kanak dengan catatan yang mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan tersebut.

Perilaku Mary selama penyelidikan tidak menentu dan mencari perhatian. Dia memberikan komentar kepada polisi dan media yang menimbulkan kecurigaan lebih lanjut. Akhirnya, Mary dan Norma ditangkap dan didakwa melakukan pembunuhan. Norma lebih kooperatif dengan pihak berwenang, sementara Mary terus menunjukkan perilaku yang meresahkan.

Pengadilan dan Hukuman

Persidangan Mary Bell dimulai pada bulan Desember 1968, dan menarik perhatian banyak orang. Gagasan tentang seorang gadis berusia 11 tahun yang diadili atas tuduhan pembunuhan belum pernah terjadi sebelumnya dan mengejutkan. Selama persidangan, saksi ahli bersaksi bahwa Mary menunjukkan tanda-tanda psikopati dan tidak menyesali tindakannya.

Mary dinyatakan bersalah melakukan pembunuhan dengan alasan berkurangnya tanggung jawab. Juri menerima bahwa dia menderita gangguan psikologis parah yang mengganggu pemahamannya atas tindakannya. Norma Bell dibebaskan, karena dia dianggap berada di bawah pengaruh Mary dan tidak berpartisipasi langsung dalam pembunuhan tersebut.

Mary dijatuhi hukuman penahanan atas keinginan Yang Mulia, sebuah hukuman yang tidak terbatas yang memungkinkan pembebasannya hanya jika dianggap tidak lagi menjadi ancaman bagi masyarakat.

Pemenjaraan dan Pembebasan

Mary Bell menghabiskan tahun-tahun pembentukannya di berbagai fasilitas yang aman, di mana dia menjalani evaluasi dan perawatan psikologis yang ekstensif. Masa penahanannya ditandai dengan upaya untuk merehabilitasi dirinya dan mengatasi trauma mendalam serta masalah psikologis yang berkontribusi terhadap perilaku kekerasannya.

Pada tahun 1980, pada usia 23 tahun, Mary dibebaskan dengan lisensi, setelah menghabiskan 12 tahun dalam tahanan. Pembebasannya kontroversial, banyak yang percaya bahwa dia tidak menjalani hukuman yang cukup atas kejahatannya. Mary diberikan identitas baru dan diberi kesempatan untuk memulai hidup baru jauh dari pengawasan publik.

Dampak Dari Kasus Mary

Kasus Mary Bell tetap menjadi salah satu kasus paling meresahkan dalam sejarah kriminal Inggris. Hal ini menyoroti interaksi yang kompleks antara alam dan pengasuhan dalam perkembangan perilaku kriminal, khususnya pada anak-anak. Kisah Mary telah menjadi subjek banyak buku, dokumenter, dan penelitian, semuanya berupaya memahami bagaimana seorang anak bisa melakukan tindakan mengerikan seperti itu.

Kasus Mary Bell juga mendorong perubahan dalam cara sistem hukum dan psikologis menangani pelaku remaja, menekankan perlunya intervensi dini dalam kasus-kasus pelecehan dan penelantaran yang parah. Hal ini menjadi pengingat akan konsekuensi potensial dari kegagalan melindungi anak-anak yang rentan dari lingkungan yang berbahaya.

Kesimpulan

Kisah Mary Bell adalah kisah tragis dan menghantui tentang seorang gadis muda yang didorong untuk melakukan pembunuhan karena kombinasi gangguan psikologis dan pola asuh yang kasar. Kasusnya menantang pemahaman kita tentang kepolosan masa kanak-kanak dan kemampuan melakukan kejahatan, sehingga meninggalkan dampak abadi di bidang peradilan pidana, psikologi, dan pekerjaan sosial.

Written By
admin

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *